WTS, sering mendengarkan dalam sebuah berbincangan panas diantara lelaki bersanding dengan secangkir kopi.
WTS, satu sisi yang jarang sekali untuk diperbincangkan karena tabu.
masih seneng belajar…. | Learning all about….
WTS, sering mendengarkan dalam sebuah berbincangan panas diantara lelaki bersanding dengan secangkir kopi.
WTS, satu sisi yang jarang sekali untuk diperbincangkan karena tabu.
Melintasi jalan dari Kota Malang menuju Kota Turen PP (Pulang-Pergi) adalah kegiatan yang tak bisa dilepaskan dari keseharian sugimasihada.
Ada kalanya ketika memasuki waktu makan malam dan masih terlibat di padatnya lalu lintas jalur menuju selatan Kota Malang singgah disini untuk melakukan pengisian gizi dan nutrisi untuk tubuh (sebut saja makan).
Adalah Warung Lalapan Ndhe Kus yang berada tepat didepan SPBU Pondok Pesantren An Nur Bululawang Kabupaten Malang.
Nasi Belut dan Nasi Lele selalu menjadi pilihan utama menu makan malam selain ada menu lalapan lainya.
Nasi Belut, boleh dikatakan menjadi andalan dan ikon di warung ini.
Renyah tulangnya dan lembut daging Belut menyatu dengan bumbu goreng bawang putih, tumbar, dan kunyit terasa sekali gurihnya di ujung lidah.
Sementara Nasi Lele tidak kalah membangkitkan selera, gumpalan bumbu bawang putih, tumbar, dan kunyitnya menempel renyah diseluruh bagian Ikan Lele hingga terserap sempurna ke dalam daging.
Aroma khas gorengan Belut bahkan tercium hingga ruas jalan bagi yang melintasi jalur Kota Malang menuju Kota Turen.
Tak heran selalu penuh meja saji dengan pengunjung yang ingin menikmati makan malam paling berselera, bahkan dengan setia ada yang menunggu giliran bergantian meja.
Cukup selembar pecahan duapuluh ribuan ditambah selembar lima ribuan sudah cukup untuk menyelesaikan pembayaran menu Nasi Belut dan Nasi Lele yang layak diperhitungkan untuk makan malam ini lengkap dengan minuman hangat.
Serius, gurih dan enak patut untuk diperhitungkan ketika melintas tepat masuk waktu makan malam karena jauh dari rasa amis dan aroma tanah yang sering ditemukan pada olahan Belut dan Lele di warung lalapan lainnya.
Semoga bermanfaat, monggo yang ibgin memaki dan sukahati sila isi komentarnya.
Posted from sugimasihada.com WordPress for Android
Follow @sugimasihada
Like Face Book Sugi Masih Ada
Email sugimasihada@ymail.com
benar dan terbukti sekali memang menjadi pembeli pertama (pertamax) di warung Lalapan Jawa ini akan merasakan sensasi yang luar biasa dan sesuatu banget pagi penikmat kuliner yang suka pedas dalam bentuk sambal yang berteman dengan lalapan.
dan itu sugimasihada alami sendiri ketika beberapa kali lewat Jl Gatot Subroto (depan showroom Suzuki HSM Turen) terdapat sebuah warung Lalapan yang dikerumuni banyak orang hingga bentuk dan wujud gerobaknya nyaris tidak terlihat.
akhirnya pada kesempatan weekend kemarin sugimasihada sengaja menjadi pertamax hunter untuk Warung Lalapan Jawa, sukses siih, tapi masih bukan yang pertamax.
penasaran dengan menu Lalapan Jawa ini apa saja kok bisa banget mendapatkan perhatian dari penduduk sekitar, bahkan orang yang melintas pun bersedia mengantri demi mendapatkan paket Lalapan Jawa untuk makan malam.
sama seperti halnya warung Lalapan yang berada di pinggir jalan lainnya, terdapat beberapa jenis Lalapan yang penyajiannya melalui proses penggorengan yakni Bebek, Ayam, Ikan Lele, Ikan Mujaer, Belut, Tempe dan Tahu (seperti apa yang sugimasihada liat).
akhirnya Belut menjadi pilihan, terus terang karena Belut memiliki sejarah sendiri dengan sugimasihada (lain kali aja ceritanya yang ini), dengan tegas si mbak-nya langsung menanyakan menggunakan sambal matang atau sambah mentah ? spontan kaget dan reflek ngucapin minta dua-duanya jenis sambal yang pedas.
sambil persiapin menu Belut yang sugimasihada pesan, si mbak-nya juga terampil sambil menanyakan pesanan berikutnya dari beberapa orang yang telah mulai bergerumbul disekitaran gerobaknya.
nah, giliran menikmati Belut inilah yang membuat sugimasihada terlena (sampai lupa foto)
entah karena kelaparan atau memang sangat menggugah selera sulit sekali diungkapkan dengan kata-kata, aroma Belut goreng berpadu dengan bumbu rendam kunir ketumbar dan bawang memacu hidung untuk segera memberi sinyal untuk segera melahap habis.
daging yang Belut empuk tidak terlalu kering, tidak berasa tanah, tulangnya renyah aroma khas Belut tidak kalah dengan bumbu rendamnya, berwarna mengkilat ada kekuningannya sangat berbeda dibandingkan seperti lalapan Belut yang sering sugimasihada liat di sepanjang jalan Turen ke Malang yang cenderung ada kulit (rabuk) atau terlalu kering ketika menggoreng.
sadisnya sambal mentah sambal terasi (dengan tomat yg telah digoreng sebentar) memberikan citarasa tersendiri dengan pedas yang mengalir dari ujung lidah hingga penuh didalam mulut serasa tak ingin putus dan menghentikan suapan. (lupakan sambal matangnya)
wenak, berkeringat, kenyang, puas, mungkin itu yang bisa sugimasihada ungkapkan ketika menjadi pertamax di warung ini, hanya dengan selembar uang sepuluh ribuan dan selembar uang duaribuan sudah diperbolehkan pulang lengkap dengan penutup jeruk hangat untuk menetralisir pedas.
semoga bermanfaat, monggo yang ingin memaki dan suka hati sila isi komentarnya…